bismillahirrohmanirrohim
albaqarah ayat 191
fitnah lebih teruk dari membunuh...
apa sebenarnya yg d maksudkan dengan fitnah tu?
adakah fitnah tu sama macam fitnah yg d fahami oleh orang melayu
tuduh
masa sekolah bila ada org tuduh
sy n kawan suka baca ayat kt atas ni
sayangnya
perbandingan yg kami buat ni salah
fitnah dalam ayat d atas x sama dengan fitnah yg d fahami dalam masyarakat kita
begitu juga dengan fitnah akhir zaman
ia tidak boleh d tafsirkan sebagai tuduhan akhir zaman
ia lebih kepada malapetaka akhir zaman
atau ujian d akhir zaman
saya kongsikan status bro firdaus wong wai hung tentang fitnah
beliau menafsirkan fitnah itu dengan ayat2 quran n hadith
Kata
fitnah (الفِتْنَةُ) sering terlintas di telinga kita dan terucap di
lisan, namun masih banyak orang yang belum memahaminya dengan baik.
Sebab ketika mendengar kata fitnah, maka dalam benak kita langsung
mengarah kepada makna yang sempit yaitu “tuduhan yang tidak dilandasi
bukti yang benar kepada seseorang atau kelompok tertentu dengan maksud
menjelekkan orang (seperti, menodai nama baik, dan merugikan kehormatan
orang)”.
Padahal sebenarnya kata fitnah memiliki cakupan makna yang cukup luas daripada itu.
Fitnah berasal dari bahasa arab. Para ahli bahasa Arab menjelaskan
bahwa dalam kata fitnah terkandung makna ujian (الامْتِحَانُ) dan upaya
untuk menyingkap sesuatu (الاِخْتِبَارُ). Oleh karenanya, kata fitnah
pada asalnya digunakan untuk pengujian kadar keaslian emas atau untuk
membedakan antara emas yang asli atau bukan, dengan cara dimasukkan ke
dalam api yang panas.
(Lihat Lisanul ‘Arab (13/317)
Di sini akan dijelaskan beberapa makna fitnah yang tertera di dalam Kitabullah agar kita tak salah faham tentang makna fitnah.
1) Fitnah Bermakna Syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu dalam ibadah).
Allah -Subhana Wa Ta’ala- berfirman,
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ
فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
[البقرة/193]
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada
fitnah (Syirik) lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk
Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada
permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”
(Q.S. Al-Baqarah: 193)
Al-Imam Ibnu Jarir -rahimahullah- berkata, “Allah maksudkan, sampai tak
ada kesyirikan (penyekutuan) terhadap Allah dan sehingga tak ada
seorang pun yang disembah selain-Nya, penyembahan arca-arca, sesembahan
dan tandingan sirna semuanya, serta ibadah dan ketaatan hanya untuk
Allah saja, tanpa selain-Nya dari kalangan berhala dan arca”.
[Lihat Jami' Al-Bayan (3/570)]
Al-Imam Abu Muhammad Isma’il bin Abdir Rahman bin Abi Karimah Al-Kufiy
-rahimahullah- berkata, “Adapun fitnah (الفِتْنَةُ), maka ia adalah
kesyirikan”.
[Lihat Tafsir Ath-Thobariy (no. 3117)]
Disana ada sebuah ayat yang sering disalahpahami oleh sebagian orang saat memaknai kata fitnah (الفتنة), yaitu ayat berikut,
وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ
أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ [البقرة/191]
“Dan Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah
mereka dari tempat mereka Telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah
(kesyirikan) itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan “.
(QS. Al-Baqoroh : 191)
Ayat ini sering disalahgunakan oleh kaum awam saat mereka mendengar ada
seseorang yang menuduh orang lain, maka ia pun berkata dengan lugunya,
“Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan”. Padahal para ulama telah
menjelaskan bahwa dosa pembunuhan adalah dosa terbesar setelah
kesyirikan”.
[Lihat Al-Kaba'ir (hal. 12) karya Adz-Dzahabiy, Dar An-Nadwah Al-Jadidah]
Al-Imam Abul Khoththob Qotadah bin Di’amah As-Sadusiy -rahimahullah-
berkata saat memaknai kata fitnah dari ayat di atas, “Kesyirikan lebih
bahaya dari pembunuhan”.
[Lihat Jami' Al-Bayan fi Ta'wil Aayil Qur'an (no. 3098)]
Abul Faroj Abdur Rohman Ibnul Jawziy Ad-Dimasyqiy -rahimahullah-
berkata, “Kata “fitnah” disini bermakna kesyirikan. Penafsiran ini
dinyatakan oleh Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Mujahid, Ibnu Jubair dan Qotadah
serta sekelompok ulama”.
[Lihat Zaadul Masiir (1/210)]
2) Fitnah Bermakna Ujian dan Cubaan.
Allah -Subhana Wa Ta’ala- berfirman,
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ [الأنفال/28]
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
fitnah (cobaan) dan bahwa di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.S.
Al-Anfal: 28)
Al-Imam Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithiy
-rahimahullah- berkata, “Allah -Ta’la- memerintahkan manusia dalam ayat
yang mulia ini agar mereka mengetahui bahwa harta dan anak adalah fitnah
(ujian) yang dengannya mereka diuji”. [Lihat Adhwaa' Al-Bayaan (2/51)]
3) Fitnah Bermakna Adzab (siksaan)
Allah -Ta’ala- berfirman,
إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ [الصافات/63]
“Sesungguhnya Kami menjadikan pohon Zaqqum itu sebagai fitnah (siksaan) bagi orang-orang yang zalim.”
(Q.S. Ash-Shaaffat: 63)
Al-Imam Abu Muhammad Ibnu Qutaibah Ad-Dainuriy -rahimahullah- menjelaskan bahwa fitnah disini bermakna “siksaan”.
[Lihat Ghoribul Qur'an (hal. 372) oleh Ad-Dainuriy, cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1398 H]
Dari sinilah muncul istilah fitnah kubur, artinya siksa kubur atau
ujian dan pertanyaan dua malaikat, Munkar dan Nakir di alam kubur.
4) Fitnah Bermakna Dosa.
Allah -Ta’ala- berfirman,
بَلْ هُوَ آَيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
وَمَا يَجْحَدُ بِآَيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ [العنكبوت/49]
“Di antara mereka ada orang yang berkata, “Berilah saya keizinan (tidak
pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam
fitnah (dosa)”. Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah
(dosa). Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang
yang kafir.”
(Q.S. Al-Ankabut: 49).
Al-Imam Abu Ja’far
Ath-Thobariy -rahimahullah- membawakan sebuah atsar dari Qotadah
Al-Bashriy bahwa makna fitnah di dalam ayat ini adalah dosa (اْلإِثْمُ).
[Lihat Jami' Al-Bayan (no. 16791), dengan tahqiq Ahmad Syakir]
5) Fitnah Bermakna Pembakaran dengan Api
Allah -Subhana Wa Ta’ala- berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ
يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
[البروج/10]
“Sesungguhnya orang-orang yang mem-fitnah
(membakar) orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian
mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka
azab (neraka) yang membakar.”
(Q.S. Al-Buruj: 10)
Al-Imam
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubiy -rahimahullah- berkata,
“Maksudnya, mereka membakar orang-orang beriman dengan api. Orang Arab
bilang, “Si fulan mem-fitnah uang dirham dan dinar, bila ia
memasukkannya ke dalam tungku api agar ia bisa melihat kualitasnya”.
[Lihat Al-Jami li Ahkam Al-Qur'an (19/295)]
6) Fitnah Bermakna Pembunuhan
Allah -Subhana Wa Ta’ala- berfirman,
وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ
تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ
كَفَرُوا إِنَّ الْكَافِرِينَ كَانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُبِينًا
[النساء/101]
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka
tidaklah mengapa kamu men-qashar sholat(mu), jika kamu takut di-fitnah
(dibunuh) oleh orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
adalah musuh yang nyata bagimu.
(Q.S. An-Nisaa: 101).
Al-Imam Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghowiy -rahimahullah- menerangkan bahwa maksud dari kata di-fitnah adalah “dibunuh”.
[Lihat Ma'alim At-Tanzil (1/685/695), cet. Dar Ihya' At-Turots Al-Arobiy, 1420 H]
7) Fitnah Bermakna Berpaling dari Jalan yang Lurus.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ
أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ
اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ
أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ
لَفَاسِقُونَ [المائدة/49]
“Dan hendaklah kamu memutuskan
perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu
terhadap mereka, supaya mereka tidak mem-fitnah (memalingkan) kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka
berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada
mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.”
(Q.S. Al-Maidah: 49).
Mem-fitnah disini bermakna “memalingkan” sebagaimana yang dituturkan
Ahli Tafsir Negeri Syam, Al-Imam Ibnul Jauziy -rahimahullah- dalam
Zaadul Masiir (2/221)
Inilah beberapa buah dalil yang
menunjukkan bahwa kata fitnah (الْفِتْنَةُ) memiliki makna yang lebih
luas. Telah menjadi ketetapan Allah yang tidak akan pernah berubah bahwa
dalam kehidupan manusia sangat mustahil tanpa adanya fitnah. Cubaan dan
ujian senantiasa mengitari kehidupan kita untuk mengetahui siapa yang
jujur keimanannya dan yang hanya sekedar pengakuan belaka. Dengan adanya
fitnah akan terlihat keteguhan hati dan kesabaran yang murni di atas
ketaatan kepada Allah -Subhana Wa Ta’ala- sehingga pada akhirnya mereka
akan keluar dalam keadaan murni dan bersih sebagaimana murninya emas
setelah dibakar ke dalam api. Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ
الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ
وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ
مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ [البقرة/214]
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang
kepadamu (cubaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan
Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
(Q.S. Al-Baqarah: 214)
No comments:
Post a Comment